Membangun Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal

Kegundahan Emhusni Mubarok terhadap orang-orang yang dianggap "religius" itu orang-orang yang baik ternyata jauh panggang dari api. Ia mengatakan "...saya pernah merasakan hidup ditengah-tengah masyarakat yang mengaku “religious” tapi ternyata, setelah ditilik lebih dalam lagi sepertinya tidak.

Lindungi Anak dari Dunia Maya

Dunia maya yang tanpa batas menyimpan bahaya, utamanya buat anak-anak dan remaja. Untuk melindungi anak dari bahaya dunia maya, perlu keterbukaan komunikasi antara orang tua dan anak. Terdengar klise memang. Namun, sebenarnya itulah kuncinya.

Daftar Peserta Sertifikasi 2012

Informasi calon peserta setifikasi guru 2012 Kabupaten Bekasi yang berisi daftar guru lolos dan telah memenuhi persyaratan sebagai bakal calon peserta sertifikasi guru tahun 2012 sesuai database NUPTK per tanggal 30 september 2011 berjumlah 2.747 guru.

Peran IT dan Internet Bagi Pengembangan Pendidikan Anak

Internet memang bagaikan dua sisi mata uang dan pisau bermata dua. Ada sisi positif dan negatif. Kasus-kasus yang terjadi seperti, penghinaan, perselingkuhan, pencemaran nama baik, penipuan, pelecehan seksual, pornografi hingga penculikan dan bunuh diri,

Horeee..Aku LULUS

Untuk memilih perguruan tinggi yang ideal dan tepat atau yang sesuai dengan keinginan tidaklah sulit, walaupun begitu ternyata masih banyak diantara siswa/siswi SMA/SMK yang baru lulus mengalami kesulitan dalam menentukan perguruan tinggi pilihannya.

Thursday, November 22, 2012

Israel Antara Shakespeare dan Chekov

Judul artikel di atas kita akan teringat gambaran betapa bejet dan kejinya perbuatan dan nalar manusia melebihi sifat binatang, kenapa tidak? Zionis Israel dengan sangat bangganya menghabisi manusia tidak berdosa di Palestina, dan yang menjadi korban adalah anak2 dan masyarkat sipil. 

Artikel ini ditulis penulisnya tahun 2009 di sebuah majalah terkemuka*), walau demikian kiranya masih relevan jika simak hanya sebagai background sejarah pertikaian Israel vs Palestina yang hingga kini masih berlangsung. Saya memposting artikel disini tidak berarti saya setuju atau tidak setuju tentang pendapat yang ditulis oleh Ahmad Sahal tetapi hanya share informasi khususnya pengunjung blog ini.

ISRAEL ANTARA SHAKASPEARE DAN CHEKOV*
Oleh: Akhmad Sahal

Konflik antara Israel dan Palestina, kata sastrawan Israel Amos Oz, adalah tragedi setragis-tragisnya. Karena yang menyulut konflik tersebut adalah benturan dua klaim yang sama-sama tidak mau mengalah. Lantas bagaimana mungkin tragedi semacam ini bisa disudahi? Amos Oz menyebutkan dua pilihan cara penyelesaian: model Shakespeare atau model Chekov.

Pada model Shakespeare, konflik berakhir ketika semua pihak yang terlibat saling menghabisi satu sama lain, sehingga pada akhir cerita semua mati terbunuh. Lihatlah misalnya babak akhir lakon Hamlet. Duel antara Hamlet dan Laertes tidak hanya berujung pada kematian keduanya, melainkan juga menyeret ibunda Hamlet, Gertrude, dan raja Claudius ke liang lahat.

Sebaliknya, pada model Chekov, konflik diselesaikan melalui resolusi yang sama sekali jauh dari memuaskan siapapun, mengecewakan, dan bahkan mungkin menyisakan luka. Namun, masing-masing pihak tetap hidup.

Oz sendiri menaruh harapan agar negaranya memilih model Chekov dan bukan Shakespeare dalam menangani perseturuannya dengan Palestina. Artinya, jalan perundingan, bukan jalan militer. Sebab menurutnya, sejelek-jeleknya kompromi tetap lebih baik daripada perang habis-habisan a la duel Hamlet.

Harapan yang masuk akal, mengingat Amos Oz adalah pendiri gerakan Shalom Achshav (Damai Sekarang Juga) yang gencar menentang kebijakan pemerintahnya menyangkut West Bank dan Gaza. Namun harapan novelis Israel itu tampaknya hanya menjadi suara sayup yang melemah, ketika politik Israel semakin diwarnai oleh menguatnya kelompok sayap kanan, yang dibarengi dengan merosotnya kekuatan gerakan kiri.

Harap diingat, dikotomi "kanan-kiri" dalam nomenklatur politik Israel lebih banyak terkait dengan isu keamanan nasional ketimbang ekonomi. “Kanan” di sini bukan berarti liberalisme, melainkan sikap hawkish yang mengandalkan jalan militer dan anti kompromi menyangkut tanah pendudukan. Sedangkan “kiri” tidak mengacu pada sosialisme, tapi pada sikap dovish yang mengutamakan negosiasi,dan juga kesediaan melepas Gaza dan Tepi Barat kepada rakyat Palestina demi tercapainya solusi damai antara Israel dan Palestina (land for peace).

Gejala ini secara nyata tercermin dalam pemilu Israel baru-baru ini (2009). Fakta bahwa tokoh seperti Netanyahu atau Avigdair Lierbeman semakin meroket popularitasnya menujukkan betapa sikap hawkish sedang laku keras di Israel


Netanyahu yang kini memimipin partai Likud jelas-jelas menyatakan hendak mempertahankan wilayah pendudukan. Sedangkan Lieberman, pemimpin partai baru Yisra’eli Beininu, merupakan politisi ultranasionalis yang dikenal rasis terhadap warga negara Israel keturunan Arab, yang jumlahnya hampir mencapai 20 persen dari total populasi negeri itu. Ia bahkan menuduh mereka sebagai musuh dalam selimut, yang lebih loyal terhadap Palestina dibanding kepada negerinya sendiri.

Pada tingkat tertentu, penguatan kubu hawkish di Israel ini dipicu oleh supremasi Hamas di Gaza yang bertekad menghancurkan Israel. Begitu juga sebaliknya. Naiknya pamor Hamas tak bisa dilepaskan dari menguatnya kelompok kanan di Israel, yang terdiri dari para pemilih dan simpatisan partai Likud, kaum Yahudi ultra-Orthodox, dan mayoritas imigran dari Rusia pasca tumbangnya Soviet.

Kita sering mendengar alasan membela diri sebagai faktor yang mendorong Israel menyerang Gaza. Tapi tunggu dulu. Hamas pun bisa mengklaim hal yang sama, misalnya dengan berdalih serangan roketnya ke Israel juga demi membela diri dari blokade ekonomi dan sosial yang diberlakukan Israel atas Gaza. Dengan kata lain, yag sesungguhnya terjadi adalah ini: kedua belah pihak mengalami militansinya masing-masing.

Bagaimana kita memahami fenomena itu? Sejauh menyangkut Israel, akar masalahnya sebenarnya sudah muncul jauh sebelum Hamas lahir. Tepatnya setelah Israel berhasil meluluhlantakkan, dalam waktu singkat, kekuatan bersenjata gabungan Mesir, Jordan, dan Syiria pada peperangan tahun 1967, yang lazim dikenal sebagai “Perang Enam Hari.”

Sebelum tahun 1967, sikap Israel terhadap Arab secara umum mengacu pada konsep “tembok besi” yang dirumuskan oleh Vladimir Jabotinsky. Nama ini memang sering diasosiasikan dengan Zionisme revisionis yang menjadi sumber inspirasi partai sayap kanan Likud. Tapi esainya berjudul “Tembok Besi: Kita dan Arab” yang terbit pada 1920-an menunjukkan bahwa pandangan Zionis kelahiran Odessa ini sejatinya mengandung muatan yang tak bisa begitu saja dinisbatkan ke ideologi hawkish Partai Likud.

Apa itu strategi “tembok besi’? Menurut Jabotinsky, Israel harus mengakui adanya pertautan alamiah antara bangsa Palestina dengan tanah kelahiran mereka, “seperti halnya pertautan bangsa Aztecs pada Mexico atau suku Sioux pada tanah rerumputan mereka.” Karena itu bisa dimaklumi kalau mereka menentang berdirinya negara Yahudi di Palestina, yang mereka anggap sebagai kolonisasi. Kata Jabotinsky, “seandainya kita Arab, kita akan menentangnya juga.”

Dari situ ia kemudian menegaskan bahwa bangsa Arab tidak akan dengan sukarela mengakui kehadiran negara Yahudi di Palestina. Karena itu menurutnya, untuk merealisasikan proyek Zionisme, kaum Yahudi mesti membangun kekuatan militer yang betul-betul kokoh laksana tembok besi, sehingga setiap usaha bangsa Arab untuk menghancurkannya akan berakhir dengan sia-sia

Jabotinsky meyakini kegagalan terus menerus yang diderita bangsa Arab akan membuat mereka lambat laun menjadi kompromistis, dan akhirnya menerima kehadiran Israel. Dengan kata lain, buat Jabotinsky, kekuatan militer bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, melainkan sarana pemaksa agar pihak Arab bersedia berunding dengan Israel.

Tapi setelah berhasil menduduki Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Arab lain menyusul kemenangannya pada perang 1967, Israel seperti terpukau dengan kedigdayaannya sendiri. Strategi tembok besi ala Jabotinsky lantas ditinggalkan. Israel tidak lagi menempatkan kompromi sebagai tujuan akhir dari kebijakan politik mereka.

Sikap anti kompromi ini menjadi semakin mengeras dengan adanya dukungan dari kelompok yang senantiasa bersinergi. Pertama kelompok fundamentalis Yahudi yang tergabung dalam Gush Emunim, yang meyakini Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem sebagai anugerah Tuhan kepada bangsa Yahudi di Israel, dan karena itu “haram” hukumnya dikembalikan ke bangsa Arab. Kedua adalah partai Likud yang sejak awal getol memperjuangkan gagasan tentang “Israel Raya” yang mencakup keseluruhan wilayah Israel dan Palestina.

Sikap anti kompromi yang ditampilkan Israel inilah yang terbukti selalu menjadi batu sandungan bagi setiap pembicaraan damai dengan pihak Arab. Sampai sekarang.

Pada 2002, misalnya, Liga Arab dengan juru bicara Pangeran Abdullah dari Arab Saudi menawarkan hubungan penuh dengan Israel asalkan Israel mau kembali ke wilayahnya sebelum perang 1967. Tapi dengan ketus Israel menolaknya. Bahkan Hamas juga pernah menawarkan gencatan senjata 30-40 tahun dengan catatan Israel menarik diri dari pendudukan. Israel lagi-lagi menampiknya.

Artinya apa? Kalau kita kembali kepada Amos Oz, Israel menempuh jalan Chekov ketimbang Shakespeare bukan karena semata-mata pengaruh faktor luar ( Hamas), melainkan terutama justru akibat dari dinamika internalnya sendiri.

Ironisnya, Israel juga didera oleh rasa terkepung yang akut sehingga senantiasa melihat sekelilingnya sebagai ancaman. Setidaknya itu terlihat pada serangan mereka ke Gaza. Rasa terkepung ini muncul karena Israel selalu melihat dirinya sebagai korban anti semitisme berabad2 yang berpuncak pada Holocaust, dan pada saat yang sama punya kekuatan militer yang tak tertandingi di Timur Tengah, plus dukungan yang hampir total dari Amerika. Nah, kombinasi antara kekuatan yang tak tepermanai yang dimiliki Israel plus persepsi diri sebagai korban pada akhirnya menyebabkan Israel selalu merasa terancam. Ungkapan “Jika yang anda punya hanya palu, dunia sekitar akan tampak seperti paku” rasanya tepat sekali melukiskan tabiat Israel. 


Apa yang terjadi pada Israel saat ini sungguh terasa absurd, bahkan kalau hal itu dilihat dari perspektif zionisme. Ketika Theodor Herzl, mencetuskan ide negara Yahudi pada akhir abad 19, bapak Zionisme itu mendambakan agar dengan mempunyai Negara sendiri, bangsa Yahudi, yang bisa hidup normal seperti bangsa-bangsa lain.” Menurut Herzl, dua ribu tahun lamanya bangsa Yahudi hidup abnormal, yakni terpencar dalam diaspora tanpa negara. Oleh karena itu mereka rentan menjadi target serangan antisemitisme di Eropa . Berdirinya Negara Israel oleh Herzl dimaksudkan agar bangsa Yahudi bisa keluar dari abnormalitas tersebut. Harapannya adalah agar ancaman antisemitisme lenyap.

Tapi setelah lebih enam dasawarsa berdiri, Israel mengidap sindrom mentalitas terkepung. dan antisemitisme justru semakin meluas. Apakah kehidupan semacam ini yang dibayangkan oleh Herzl sebagai "normal" sebagaimana bangsa-bangsa lain?
Entahlah. Yang pasti, mentalitas terkepung semacam inilah yang menyebabkan harapan Amos Oz terhadap negerinya tidak tercapai. Karena terbukti Israel condong kepada model Shakespeare dan menjauhi model Chekov.

(* kolom TEMPO, 16 Februari 2009, dengan sedikit revisi)

Friday, August 31, 2012

KISAH NYATA 'MALAIKAT' MENANGIS DI STATION KOTA

Cerita ini saya teruskan dari teman di Group FB. Teman saya juga boleh hasil copas di Whatsapp. Mungkin kita gak percaya jika menemukan ada orang tua dengan pakaian mirip pengemis seperti yang digambarkan cerita di bawah ini tidak menyangka adalah manusia sungguhan. Mungkin ini bukan sembarang manusia tetapi malaikat yang menyerupai manusia di tengah masyarakat yang hedonis. Moga membawa bermanfaat buat kita yang membacanya. Berikut kisahnya:

Barusan ane istirahat makan di kantor ane,kebetulan kantor ane di daerah yang lumayan 'minus' sih gan.. kalo agan-agan yang ada di Jakarta mungkin tau daerah Stasiun Kota kaya gimana.

Banyak pengemis, gelandangan dan orang-orang yang tingkat kehidupannya (maaf) dibawah kesejahteraan.

Sebelum nyari makan, ane beli rokok dulu gan biar tar abis makan ga bingung nyari rokok.. Ane nyalain satu batang..

Sambil ngerokok ane jalan buat nyari tempat yang enak buat duduk dan makan.

sampe akhirnya ane nemu sebuah tempat yang menurut ane enak dan teduh,ane celingukan soalnya semua tempat duduk uda dipake orang-orang.

Di sela-sela celingukan ane, seorang bapak tua bilang ke ane:

"Silakan pak, disini aja duduk sama saya" katanya..

ane iyain aja gan, meskipun rada panas tapi yang ada cuman disitu doang..

Ane perhatiin bapak itu gan, orangnya uda tua banget, kurus, giginya uda ompong,rambutnya uda putih semua, bawa-bawa tas besar ama kresek isinya plastik-plastik gitu..

Ane ga sempat foto gan,ga enak juga kalo ane moto2, tar dikira apaan..

Dimulailah obrolan ane ama bapak itu gan

Ane : A

Bapak: B

A: lagi nunggu apa pak?

B: nggak mas, ini cuma duduk-duduk aja abis cari sampah seharian.. capek..

A: Jalan dari jam brapa pak?

B: dari pagi mas, uda lumayan banyak dapetnya ini..

A: oohhh...

Obrolan sempat brenti bentar gan, ane nikmatin rokok, bapaknya ngerapiin plastik2nya gitu..

Sampe pada akhirnya ane liat si Bapak pijet2in kepalanya gitu sambil hela napas panjang..

A: pusing ya pak? siang2 panas gini emang bikin pusing..

B: (ketawa kecil) iya mas.. agak pusing kepala saya..

A: bapak ngerokok? ini kalau bapak mau.. (sambil ane sodorin rokok ane yang tinggal sebatang)

B: nggak mas makasih, saya nggak ngerokok.. sayang uangnya,mending buat makan daripada beli rokok.. lagian ga bagus juga buat badan.

Dalem ati gw rada tertohok juga gan..

A: iya juga sih pak.. (nginjek rokok ane)

Abis itu gw denger suara perut gan.. *kruuuuukk* gitu..

gw spontan noleh ke arah si bapak.

A: Bapak belum makan pak?

B: (senyum) belum mas, aga nanti mungkin..

A: wah, tar tambah pusing pak?

B: iya mas, saya udah biasa kok..

ga lama, kedengeran lagi bunyi perutnya gan..

A: Bapak beneran ga mau makan pak?

B: iya mas,nanti aja...

gw uda ngerasa kalo bapak ini bukannya ga mau makan gan,tapi beliau ga punya uang buat makan..

A: bentar ya pak, saya ke warung dulu pesen makan..

B: oh.. iya mas, silakan..

ane nyamperin tukang nasi padang terdekat, ane pesen buat ane sendiri ama ane inisiatif beliin nasi ma ayam buat si bapak. Selese pesen, ane bawa tu nasi dua piring ke tempat duduk tadi, trus duduk..

Ane mau langsung ngasi tapi kok ane takut kalo bapaknya salah tangkep ato tersinggung gan, jadi ane akting dikit..

Ane pura-pura dapet telpon dari temen ane

A: (pura2 telpon) yaaah? ga jadi kesini? uda gw beliin nih... ooohh.. gitu... yauda deh gapapa..

*belaga tutup telpon*

A: wah payah nih temen saya,uda dibelikan makanan ternyata ga jadi..

B: (senyum) ya ga papa mas,dibungkus aja nanti bisa dimakan sore..

A: wah, keburu basi pak kalo nanti sore.. dimakan sekarang pasti ga abis.. gimana ya? mmmm... Bapak kan belum makan siang,ini makanan daripada sayang ga ada yang makan gimana kalo bapak aja yang makan pak? nemenin saya makan sekalian pak..

B: waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya..

tepat dugaan ane, dalem ati..

A: gapapa pak, makan aja.. saya bayarin dah! saya lagi ulang taun hari ini..(bo'ong)

B: wah.. beneran ga papa mas? saya malu..

A: lho? ngapain malu pak? udah bapak makan aja..

B: iya mas, selamat ulang tahun ya mas..

A: iya pak.. bapak mau mesen minum sekalian nggak? saya mau pesen..

B: nggak mas.. nggak usah..

Ane manggil tukang minuman, ane mesen 2 es teh manis..

B: lho mas? saya nggak pesen..

A: iya pak, saya beli dua.. haus banget soalnya..(ane bo'ong lagi gan)

Tanpa gw duga gan, si bapak netes aermatanya.. beliau ngucap syukur berkali kali.. beliau ngomong ke ane..

B: mas, saya makasih sudah dibelikan makanan.. saya belum makan dari kemarin sebetulnya. cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis.. saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah..

Ane tertegun denger omongan beliau gan, ga sadar ane ikut ngerasa perih banget dalem ati.. nyesek banget dalem ati ane,ane secara ga sadar hampir netesin aermata.. tapi ane berlagak cool..

A: yauda, bapak makan aja nasinya.. nanti kalau kurang saya pesankan lagi ya pak? jangan malu-malu..

B: (masi nangis) iya mas.. makasih banyak ya mas.. nanti yang diatas yang bales..

A: iya pak makasi doanya..

Akhirnya ane makan berdua ama beliau,sambil cerita-cerita..

dari cerita beliau ane tau kalo beliau punya dua anak, yang atu uda meninggal karena kecelakaan. yang atunya uda pergi dari rumah ga pulang-pulang udah 3 tahun. istri beliau uda meninggal kena kanker tahun lalu. dan parahnya lagi rumahnya diambil ama orang kredit gara-gara ga bisa ngelunasin uang pinjaman buat ngobatin istrinya..

Miris banget ane dengerin cerita beliau gan, sebatang kara, ga punya rumah, anaknya durhaka, jarang makan.. malah beliau crita pernah dipalak preman waktu mulung di jakarta..

Rasanya ane beruntung banget ama kondisi ane sekarang, ane nyesel pernah ngeluh tentang kerjaan ane, tentang kondisi kosan ane, dsb.. sedangkan bapak ini dengan kondisi yang serba kekurangan masih selalu tersenyum..

rasanya sepiring nasi padang dan segelas es teh yang ane kasi ga setimpal banget ama pelajaran yang ane dapet..

tadi ane belum ambil uang, jadi ane cuma ngasi seadanya kembalian dari warung padang ke bapak itu,itupun pake eyel2an dulu ma bapaknya soalnya beliau ga mau dikasi uang. tapi akhirnya dengan sedikit maksa ane kasi uang ke beliau. ane didoain banyak banget ama bapak tadi..

Dan ada satu hal yang bikin ane tercengang waktu mau ninggalin tempat tadi..

sambil jalan ane noleh ke belakang, si bapak udah ga ada.. ane cariin bentar,ternyata si bapak ada di depan kotak amal masjid masukin duit ke dalem kotakan itu!

gw makin tersentuh ma beliau.. di tengah-tengah kesulitan yang beliau alami, beliau masi sempet amal! berbagi dengan orang lain..

Ane mewek gan.. ane ngerasa kecil banget sebagai manusia.. ane ngerasa ditunjukin sesuatu yang bener-bener hebat!

Ane berdoa semoga bapak itu dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan ^_^

NYOK KITA PERBANYAK SHODAQOH...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...