Membangun Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal

Kegundahan Emhusni Mubarok terhadap orang-orang yang dianggap "religius" itu orang-orang yang baik ternyata jauh panggang dari api. Ia mengatakan "...saya pernah merasakan hidup ditengah-tengah masyarakat yang mengaku “religious” tapi ternyata, setelah ditilik lebih dalam lagi sepertinya tidak.

Lindungi Anak dari Dunia Maya

Dunia maya yang tanpa batas menyimpan bahaya, utamanya buat anak-anak dan remaja. Untuk melindungi anak dari bahaya dunia maya, perlu keterbukaan komunikasi antara orang tua dan anak. Terdengar klise memang. Namun, sebenarnya itulah kuncinya.

Daftar Peserta Sertifikasi 2012

Informasi calon peserta setifikasi guru 2012 Kabupaten Bekasi yang berisi daftar guru lolos dan telah memenuhi persyaratan sebagai bakal calon peserta sertifikasi guru tahun 2012 sesuai database NUPTK per tanggal 30 september 2011 berjumlah 2.747 guru.

Peran IT dan Internet Bagi Pengembangan Pendidikan Anak

Internet memang bagaikan dua sisi mata uang dan pisau bermata dua. Ada sisi positif dan negatif. Kasus-kasus yang terjadi seperti, penghinaan, perselingkuhan, pencemaran nama baik, penipuan, pelecehan seksual, pornografi hingga penculikan dan bunuh diri,

Horeee..Aku LULUS

Untuk memilih perguruan tinggi yang ideal dan tepat atau yang sesuai dengan keinginan tidaklah sulit, walaupun begitu ternyata masih banyak diantara siswa/siswi SMA/SMK yang baru lulus mengalami kesulitan dalam menentukan perguruan tinggi pilihannya.

Thursday, January 24, 2013

Sekolah Fotografi Ala Kampret

Postingan kali ini saya dedikasikan untuk Komunitas Fotografi Grup Kampret yang saya ikuti baru 1 bulan dalam rangkah ultahnya yang ke-1.

Sejak berdirinya Kampret 5 Februari 2012 lalu, pertengahan Januari 2013 ini baru genap satu bulan saya terdaftar dan terverifikasi sebagai 'murid' baru di sekolah Kampret (Kompasianer Hobi Jepret), berarti umur Kampret baru satu tahun dan bulan depan tepat ultahnya yang ke-1. Semoga tetap eksis dan bermanfaat bagi orang banyak. Amiiin.

Sebagaimana yang dicita-citakan para leluhur pendiri Kampret, keberaannya tak lain untuk berbagi pengalaman dan share ilmu seputar fotografi. Baik bercerita lewat foto, saling berbagi tips dan triknya bila perlu, tanpa membedakan Fotografer pro, amatir, ataupun anggota baru yang hanya sekedar hobi/penikmat foto. 'Murid-murid'nya bukan hanya di Indonesia, tetapi tersebar di berbagai belahan dunia, dengan syarat sudah memiliki akun di Kompasiana. Singkatnya beragam latar belakang ada disini. Preeet!


Tampak depan Grup Kampret.


Hasil comot di Wall Kampret


Kampret bagi saya adalah "tempat bermain kami, eh salah tempat bermain kita" sambil 'sekolah jepret', laksana ibu yang mau melayani, mengajari, dan membimbing serta tidak pelit ilmu, sehingga cepat mudah akrab sekalipun kita masih tergolong 'murid' baru. Sungguh, suasana yang bikin betah saja berada di Kampret. Nah, tidak berlebihan jika Kampret saya nobatkan sebagai Sekolah Photografi Ala Kampret atau seperti judul artikel ini "Kampret School of Photography.


Selama dua minggu sejak awal gabung, saya hanya menyimak dan menikmati foto-foto sambil ditemani si GG dan Kopi Aceh. Tepatnya pada WPC (Weekly Photo Challenge) FB dengan tema "Pagar" saya baru bisa kesempatan kirim foto 'pagar' yang kemudian masuk deretan yang direview oleh Tim Kampret. Selain itu ada tantangan lain di Kampret, yaitu WPC (Weekly Photo Challenge) K, yaitu menulis dengan bercerita lewat foto.


Foto pertama kali yang saya ikuti di WPC FB dengan tema "Pagar".



Pagar Tembok Warna-warni


Alhamdulillah, foto "pagar warna-warni" ini masuk deretan Review di WPC K Kampretos Kompasiana. Saya tidak tau kenapa foto itu masuk di deretan review, padahal banyak  foto-foto lainnya yang lebih cakep dan bagus. Masuk review saja sudah membanggakan buat pemula seperti saya apalagi  jika sampai dapat reward pulsa. Cemunguuud, tentu! :D


Karena masih 'geged' pegang kamera, pada tantangan berikutnya saya tidak ikut, lebih sering menyimak, dan menikmati foto2 para Kampretos, walau satu dua saya kirim juga, selebihnya cuma isi absen dan ngacir sambil ubek-ubek artikel2 yang ada di WPC K dan artikel2 fotografi yang pernah dikirimkan oleh para 'suhu'. Artikel2 itulah saya jadikan sebagai modul belajar sekaligus modal pembelajaran fotografi.
Insya Allah dari hasil baca-baca modul, juga tips-tips para Kampretos akan saya dedikasikan foto-foto hasil jepretan saya demi untuk memeriahkan acara [Jelang Satu Tahun] Bercerita bersama Kampret dengan tema "Kisahku dalam Foto".
Berikut adalah Foto-foto hasil jepret saya dari beberapa tempat dan sudut teknik-teknik fotografi, diantaranya  :


1. Rule of The Third.



Loket Peninggalan Belanda di Museum Bank Indonesia JKT.[f3,1/8sec,iso-800,fl.6mm]



Menunggu "Kereta Tiba Pukul Berapa" di St.Kota JKT.[f3,1/250sec,iso-80,fl.6mm]

Ada hal mendasar dan saya merasa lebih 'dewasa' berada di Kampret setelah mengenal lebih jauh tentang Garis dalam artikel Weekly Photo Challenge ke 3. Dalam artikel tersebut dijelaskan, bahwa ... "Jika komposisi itu di pilah-pilah satu persatu maka ada enam elemen penting yang menyusunnya, keenam elemen tersebut adalah: garis (line), bentuk (shape), wujud (form), tekstur (texture), pola (pattern) dan warna (color)".
Lebih lanjut dan dikutip dari seorang ahli dan pakar fotografi, bahwa garis memiliki peran penting dalam bidang fotografi, kenapa?. Karena jika sebuah foto tanpa garis, maka tidak akan ada bentuk, dan tanpa bentuk, tidak akan ada wujud sebuah foto. Kalau mau baca artikelnya ada di sini.


2. Komposisi Elemen Garis



Tiang Beton Museum Seni & Budaya Kota Tua JKT.[f.10,1/125sec,iso-400,fl.35mm]



Monorel Kreta di Taman Mini Indonesia Indah JKT.[f4,1/2000sec,iso-200,fl.20mm]



Tangga Gedung di Pasar Babelan [gb.setelah diCroping]



Terendam Banjir di Ps. Basah Marakash.[f4.2,1/250sec,iso-80,fl.12mm]


Foto-foto dari sudut teknik fotografi yang berbeda, antara lain  :

4. Framing




Dibalik jendela Miniatur Ruang Akad Kredit di Museum Bank Indonesia.[f.6.3,1/4sec,iso-400,fl.24mm]



Kota Tua dilihat dari Museum Seni dan Budaya [f.3,1/1000sec,iso-80, fl.6mm]


Selain teknik2 dasar seperti : pencahayaan, aspek komposisi, sudut pandang kamera dan kekontrasan foto yang tajam, ada yang lebih utama yaitu mengenal Cahaya, jika ingin tahu lebih detailnya saya pernah baca artikelnya di sini. Dan hal yang mendasar lainnya mengenal Warna, silahkan baca2  disini. Nah, keduanya sangat berperan penting dalam mempengaruhi hasil foto2 yang kita jepret. Khusus untuk artikel ini, terima kasih  Om ABdR dan para Kampretos yang lain atas share artikelnya.


Selain teknik-teknik fotografi yang sulit dan serius di atas, di sekolah Kampret diajarkan tentang bagaimana memanfaatkan sekitar halaman rumah kita untuk menjadi objek jepret menjepret dengan baik.


Berikut aksi saya melompat pagar yang tinggi dan anak saya berperan sebagai  'anak nenek sihir' dengan sapu 'nenek sihirnya'. Dan foto-foto bokeh mengakhiri hasil belajar saya selama satu bulan di sekolah Fotografi Ala Kampret.


5. Teknik Levitasi



'Landing' saat Lompat Pagar Tetangga.[f3.5,1/1000sec,iso-80,fl.8mm]



Ayumi si Anak 'nenek sihir dg sapu nenek sihir' saat take off '.[f4.2,1/500sec,iso-80,fl.12mm]

6. Foto Bokeh



Cabe merah siap panen.[f.3,1/90sec,iso-100,fl.6mm]



Bunga di halaman rumah.[f9.6,1/15sec,iso-100,fl.6mm]

Semua foto2 menggunakan kamera saku Touch screen Samsung T18, 14.5MP, walau terkadang untuk sekedar Kepo tentang Setting manualnya suka pinjem juga DSLRnya temen ^-^, tapi tak apalah Man untuk sementara pinjem istilah ini aja dulu "The Man Behind The Gun" eh salah ..The Man Behind The Camera".


Itulah Catatan Harian yang saya rangkum dalam satu bulan selama di Sekolah Kampret yang bisa saya dedikasikan dalam moment Ultah Kampret yang ke-1 ini dengan satu motivasi yang tinggi dengan sekelumit ilmu yang saya dapati selama satu bulan di sekolah Kampret. Semoga bermanfaat dan salam Jepret..!!



Bagi kawan2 kompasianer dan Kampretos jika ingin berkenan baca2 artikel peserta lainnya silahkan ke halaman http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/01/13/jelang-ultah-kampret-bercerita-bersama-kampret-518973.html

**) Postingan ini saya buat untuk ikut lomba "Berkisah lewat Foto" dalam memeriahkan Ultah Kampret yang ke-1. Tentang artikel ini saya muat di blog Tahapan Fotografi.

Thursday, January 17, 2013

Kurikulum 2013 Sistem Pendidikan Gagal ?

Sebagai guru TIK saya sempat kaget juga sekaligus bingung mendengar rencana Pemerintah khususnya Depdikbud, eh salah yah...maksudnya Kemendiknas, loh..koq salah lagi sih, maksudnya Kemdikbud untuk menghapus Kurikulum KTSP dan memberlakukan Kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013, dimana mata pelajaran TIK akan dihapus dan akan diintegrasikan ke semua mata pelajaran lain, bukan hanya TIK tapi juga ada  bidang studi yang lain yang akan dirubah/dihapus.  Wacana ini sudah dihembuskan dan diuji publik sejak pertengahan tahun 2012 yang lalu.

Pemberlakuan kurikulum 2013 tidak saja berefek kurang baik terhadap guru khususnya guru TIK yang sudah bersertifikasi, tetapi juga tentu akan banyak berpengaruh kepada sistem pendidikan kita kepada anak didik secara Nasional. Lain halnya jika kebijakan baru Kurikulum 2013 ini memberikan efek positif dan melengkapi kekurangan kurikulum lama (KTSP), tentu tidaklah  terlalu bermasalah khususnya bagi guru sebagai pendidik yang merasakan langsung dengan peserta didik, apalagi hingga saat ini kurikulumnya itu seperti apa, bagaimana dan dokumennya seperti apa belum jelas, yang ada baru naskah uji publik doang.

Memasuki tahun 2013 ini, beberapa guru dan khususnya  guru TIK yang menjadi 'korban' kebijakan baru ini masih bingung dan waswas tentang bagaimana nasibnya jika memang kurikulum 2013 benar-benar diberlakukan?. Berikut ungkapan kawan saya sesama guru atau sebagai ungkapan kecewa dan sekaligus mempertanyakan kebijakan Pemerintah khususnya Bapak Menteri Kemdikbud RI tentang arah Kurikulum baru tersebut. Ungkapan ini sekaligus juga mewakili guru-guru yang lain dan umumnya para pendidik.

"Pak Menteri, Apakah Kondisi ini yang Bapak Kehendaki?"

Kurikulum 2013 sudah berada di ambang pintu. Saat ini, uji publik sudah dilaksanakan. Hasil uji publik pun sudah diketahui khalayak. Menurutku, masyarakat luar menolak rencana Kurikulum 2013 karena dinilai sarat dengan pembredelan beragam kebijakan terdahulu yang sudah dinilai baik. Namun, justru Kurikulum 2013 meniadakan itu. Bahkan, agaknya DPR pun berpihak kepada resistensi publik terhadap rencana pemberlakuan Kurikulum 2013. Saya dengar bahwa anggota DPR akan menolak Kurikulum 2013.

Namun, seperti telah kita ketahui bahwa pemerintah sering memaksakan diri terhadap rencana yang telah dianggap baik. Pemerintah sering menutup mata atas beragam kritikan masyarakat luas. Mungkin pemerintah sudah menganggap bahwa kebijakannya itu bijak. Maka, tak ayal beragam kebijakan terdahulu kontraproduktif dengan rencana semula. Dan khusus kebijakan bidang pendidikan, program apakah yang telah berjalan dan dinilai baik? Nyaris semua kebijakan itu meninggalkan kesan buruk. Mari kita telaah.

Sekolah Gratis
Mana ada sekolah gratis di negeri ini? Pemerintah selalu menggembar-gemborkan pendidikan gratis seraya menggelontorkan triliunan rupiah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Di mana-mana, pemerintah mengampanyekan pendidikan gratis dan permintaan dukungan. Namun, seperti telah kita ketahui bahwa kebijakan pendidikan gratis justru telah menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri. Tak ayal, masyarakat pun mencibir kebijakan BOS. Bahkan, uang BOS itu untuk Bos alias pejabatnya.

Sebenarnya masyarakat tidak menghendaki pendidikan gratis. Masyarakat menghendaki pendidikan yang terjangkau. Masyarakat menyadari bahwa pendidikan itu mahal sehingga masyarakat memang memiliki kewajiban untuk mendapatkan pendidikan itu. Sejak republik ini berdiri dan melahirkan para mahaguru, pendidikan memang dibeli. Tidak ada pendidikan gratis. Maka, masyarakat pun giat bekerja agar anak-anaknya dapat bersekolah. Hasilnya sungguh luar biasa: ekonomi rumah tangga berjalan dan pendidikan pun teraih.

Buku Sekolah Elektronik


Pemerintah telah memberlakukan kebijakan Buku Sekolah Elektronik atau BSE. BSE diharapkan agar dapat digunakan semua pihak secara gratis. Dengan fasilitas internet, BSE dapat diunduh secara gratis. Sayang seribu sayang, kebijakan itu tidak berjalan maksimal. Banyak daerah mengalami kesulitan untuk menggunakan BSE. Akhirnya, pemerintah pun membolehkan BSE dicetak dan dijual dengan HET yang ditentukan. Begitulah kebijakan yang tak terencana dengan baik.

Korupsi Nilai


Pemerintah telah memberlakukan kebijakan Ujian Nasional (UN) sejak lama. Namun, UN sekarang memiliki kekhasan yang teramat berbeda, yaitu pada status kelulusan. Dahulu, anak sekolah yang telah mengikuti UN akan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). STTB adalah bukti hukum yang menyatakan bahwa pemiliknya telah menyelesaikan pendidikan sesuai dengan jenjangnya.

Namun, kebijakan ini diubah. STTB diganti ijazah. Semua siswa harus lulus UN jika ingin mendapatkan ijazah. Agar lulus UN, semua siswa harus mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dan di sini pula korupsi nilai berawal. Banyak sekolah (mungkin semua sekolah) melakukan korupsi nilai massal. Sekolah-sekolah ramai-ramai mendongkrak nilai murid-muridnya. Tidak ada lagi murid mendapatkan nilai di bawah 7. Semua anak PASTI mendapatkan nilai di atas 7, bahkan nyaris sempurna alias 10. Mengetahui nilainya pasti dinaikkan, para murid pun enggan belajar karena mereka sudah yakin bahwa gurunya pasti akan membantu kelulusannya.

Pak Mendikbud yang saya hormati, kondisi inikah yang Bapak kehendaki? Sekolah tak lagi menjadi sarana pendidikan akhlak, karakter, dan nilai-nilai keluhuran budi. Sekolah-sekolah justru menjadi sarang terbentuknya sikap tercela. Sekolah-sekolah justru menjadi ladang korupsi dalam segala hal. Sungguh saya teramat membenci kondisi itu. Lalu, mengapa Bapak tetap berusaha mengegolkan rencana Kurikulum2013. Cobalah Bapak pikirkan hal-hal berikut.

Bagaimana Nasib Guru TIK?
Pelajaran TIK dihapus sehingga mereka – rekan-rekan guru TIK – kebingungan dengan nasibnya. Mereka berijazah TIK dan mendapatkan sertifikat pendidik juga dengan ijazah TIK. Mereka pun mendapatkan tunjangan profesi dengan gelar sarjana pendidikan TIK. Lalu, mengapa Bapak menghapus pelajaran TIK itu? Lalu, apa yang harus dilakukan guru TIK? Kebijakan ini berasal dari Bapak dan mestinya Bapak langsung memberikan solusi begitu kebijakan itu akan diprogramkan. Janganlah membuat kebijakan setelah korban berjatuhan!

Bagaimana Model Pelajaran SD?
Dalam Kurikulum SD 2013 jelas tertera bahwa pelajaran mereka bersifat tematik. Lalu, mengapa kurikulumnya masih menggunakan mata pelajaran? Mestinya Kurikulum SD tidak menyebutkan pelajaran tetapi rumpun pelajaran berdasarkan tematik. Jelas kondisi ini akan membingungkan jutaan guru SD karena mereka adalah guru kelas. Janganlah Bapak terburu-buru membuat kebijakan dan ngotot memberlakukan kebijakan ini.

SMA tanpa Jurusan
Pak, baru kali ini saya merasa asing dengan kabar ini. Bagaimana mungkin anak-anak SMA akan dibebaskan dari penjurusan sedangkan mereka akan meneruskan pendidikannya dan atau masa depannya? Anak-anak SMA pastilah memiliki cita-cita dan penjurusan itu bertujuan untuk memberikan gambaran awal atas masa depannya. Jika anak-anak SMA tak memiliki jurusan, bagaimana mungkin mereka akan memiliki motivasi tinggi guna mencapai masa depan. Kondisi itu jelas akan memerparah situasi guru-guru SMA. Teman-teman guru SMA pastilah mengalami kesulitan karena ketiadaan penekanan pelajaran sehingga pelajaran SMA sama seperti pelajaran SMP.

Tolonglah Pak Mendikbud, janganlah Bapak tergesa-gesa menandatangani Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud) Republik Indonesia tentang Pemberlakuan Kurikulum 2013. Dengarkanlah suara guru, murid, masyarakat, DPR, dan nurani Bapak. Tanda tangan Bapak tidak hanya berdampak hari ini tetapi akan memberikan pengaruh yang teramat besar bagi pendidikan bangsa ini sejak keputusan itu berlaku. Mudah-mudahan Bapak membaca tulisan ini. Terima kasih….!!!

Teriring salam,
Sumber : Johan Wahyudi


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...