(Disampaikan pada khutbah Iedul Fitri 1430 H di Masjid Jami' Al-Muhajirin Tambun Bekasi)
Hadirin hadirat jamaah Shalat Idul Fitri masjid jami Al Muhajirin rahimakumullah. Sejak tenggelamnya matahari kemarin sore di ufuk barat, menandakan berakhirnya bulan suci Ramadhan, dan masuk tanggal 1 Syawal 1430 H. Takbir, tahlil, tahmid terkumandang dari sudut-sudut di berbagai penjuru dunia, mengagungkan, membesarkan dan memuji keesaan Allah Swt. Itulah kalimat-kalimat mulia yang kita ucapkan dan diucapkan oleh setiap muslim di belahan bumi mana pun mereka berada.
Pengucapan kalimat-kalimat mulia tersebut tentunya tidak hanya merupakan perwujudan dari adanya budaya Islam yang sudah tertanam sejak berabad-abad yang silam di Nusantara ini, tapi lebih dari sekedar itu, kalimat takbir, tahlil dan tahmid terkumandang, menggema dari relung kesucian jiwa yang telah tersucikan melalui proses tarbiyah selama bulan suci Romadhon. La ilaaha illa Allah (tidak ada tuhan selain Allah) merupakan pengakuan setiap hamba yang beriman bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada zat yang sesungguhnya kecuali Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah dan tidak ada yang berhak dipatuhi secara mutlak kecuali Allah Swt.
Allahu akbar ( Allah maha besar ) menjadi kesadaran setiap kita bahwa diri kita kecil di hadapannya, materi dan harta yang sering kali membuat kita sibuk mencarinya, menjadi kecil di hadapan kebesaran Allah Swt.
Wa Lillahil hamdu milik Allah segala pujian. Segala kemuliaan dan pujian pada dasarnya hanya milik Allah. tidak ada satu makhluk pun yang mulia kecuali karena pancaran kemuliaan dari Allah Swt.
Ketika kesadaran tauhid tersebut telah mencairkan hati yang membatu, meneteskan mata air kesahduan dalam jiwa, mengalirlah dengan jernih kalimat-kalimat takbir, tahlil dan tahmid, dengan menghanyutkan gumpalan-gumpalan hitam dalam dada, membersihkan jiwa setiap hamba dari noda dan dosa kepada Allah Swt.
Inilah saatnya kemenangan tiba, inilah saatnya kemerdekaan jiwa. Saatnya jiwa kita kembali kepada fitrah sebagaimana kita dilahirkan dahulu
…”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Tinggallah yang tampak dosa kepada sesama manusia. Dosa kepada ibu, dosa kepada ayah, sanak saudara, dan kerabat serta teman, baik yang jauh naupun yang dekat. Hendaklah kita mengunjungi mereka dengan saling meminta dan memberi maaf atas kesalahan yang pernah terjadi baik disengaja maupun tidak.
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar walillahil hamdu
Hadirin sidang idul fitri as’adakumullah.
Sebelum dilahirkan melalui rahim ibu, setiap kita dibai’at, diambil janji oleh Allah Swt “
…(Al A’rof :172) dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman : bukankah Aku Tuhanmu ? mereka menjawab “betul” Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi …
Persaksian ini dilakukan oleh kita semua saat kita hendak dikeluarkan oleh Allah ke dunia ini. Dan inilah yang menjadi dasar fitrah kita. Yaitu bahwa setiap manusia selalu cenderung kepada Tuhannya, ketika mendapat musibah dan dirinya menjadi lemah, manusia mensandarkan dirinya kepada kekuasaan Tuhannya. Ketika memiliki harapan dan kemampuannya terbatas untuk menggapainya, ia pun meletakkan harapan kepada Rabnya. Selain itu, fitrah manusia juga selalu cenderung kepada hal-hal yang baik.
Individu-individu yang berjalan di atas fitrahnya, maka ia akan tetap dalam kebaikan. Pemikirannya menghasilkan ide-ide positif, setiap ucapan yang keluar dari dirinya selalu mengandung hikmah. Keputusannya bijak. Perbuatannya banyak mengandung manfaat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia terlena oleh kehidupan dunia, mereka telah menjauh dari Allah, mereka mengabaikan syariat Allah, hawa nafsu telah mendominasi kehidupannya, syetan selalu mengiasi dosa-dosa dengan keindahan di hadapannya. Manusia telah kehilangan fitrahnya, kriminalitas dengan berbagai jenisnya terjadi dimana-mana, hidup bebas tanpa batas menjadi gaya , kecurangan dalam hampir setiap transaksi perdagangan menjadi lumrah. Belum lagi ragam kemaksiatan, pornografi, prono aksi dan pelecehan seksual serta prostitusi bahkan pembunuhan sudah menjadi impormasi harian di berbagai media TV yang masuk ke rumah kita.
Apabila perbuatan dosa yang tidak diiringi dengan istighfar menjadi kebiasaan harian seorang hamba, sedangkan ia tidak berusaha memohon ampunan dan bertaubat, maka yang dikhawatirkan adalah dosa-dosa tersebut akan menutupi hatinya, dan lebih jauh lagi, hati yang tertutup oleh lumuran dosa akan terhalang dari masuknya rahmat Allah Swt. sebagaimana yang terkandung dalam surat Al Muthaffifin ayat 14 dan 15.
“Sekali-kali tidak demikian, apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu terhalang dari rahmat Tuhan mereka ).” (Al Muthoffifin : 14-15)
Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar walillahil hamdu
Hadirin-hadirat yang saya muliakan. Namun kita bersyukur bahwa Allah maha luas rahmatnya,
( dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat, sesunggguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman “siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang –orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. ( Al A’raf :156)
Betapapun besar dosa yang pernah kita lakukan jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Selama masih diberikan kesempatan hidup untuk bertaubat selama itu pula insya Allah taubat kita akan diterima oleh Allah Swt. dalam surat Ali Imran ayat 89, Allah menjelaskan
(kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan mengadakan perbaikan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.)
Ramadhan yang telah berlalu juga merupakan bagian dari rahmat Allah yang diberikan kepada kita. Betapa tidak, untuk melaksanakan puasa, Allah menyeru kita dengan panggilan kehormatan, wahai orang-orang yang beriman. Pada bulan tersebut diberikan banyak bonus,. Setiap ibadah di dalamnya diberikan kelipatan nilai, nilai ibadah sunnah seperti nilai ibadah wajib, ibadah wajib dilipatgandakan nilainya. Rasulullah mengklasifikasikan kandungan Ramadhan kepada tiga jenjang kasih saying Allah kepada hamba-Nya. awwaluhurrohmah, ausatuhu maghfiroh, wa aakhiruhu itqun minannaar. Belum lagi malam qodar yang bila seorang hamba beribadah pada waktu tersebut mendapat kelipatan yang lebih baik dari pada ibadah selama seribu bulan.
Oleh karena itu sekali lagi kita bersyukur karena kita telah diberi kesempatan Romadhon yang telah kita lewati bersama. Dengan tarbiyah Romadhon kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk mengugasai nafsu, dari yang sangat sederhana tidak makan dan minum pada siang hari sampai pada hal yang sangat essensial yaitu mengendalikan semua jenis keinginan diri yang mengarah kepada kerusakan dan maksiat. Melaksanakan sholat baik yang wajib maupun yang sunnah, tilawah Al Qur’an dan ibadah lainnya, kemudian disempurnakan dengan pelaksanaan kewajiban zakat fitrah.
Kalau itu semua telah kita lakukan dengan baik mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang mendapat pengakuan dari Allah seperti yang tertera dalam surat Al A’la ayat 14 dan 15
“Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan diri, dan mengingat nama Tuhannya maka ia shalat” Al A’la :14-15.
Semoga dosa-dosa kita benar-benar telah keluar, jiwa kita telah bersih sebagaimana kondisi kita masih bayi, tinggallah kita bersama menundukkan wajah mengikhlaskan hati menghadap Rob yang Maha tinggi berdo’a bersama .
by : Ust. Syafruddin Murikh
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih Sobat Telah Berkenan Meluangkan Waktu Mengomentari dan Saya akan segera komen balik Anda. No. Porn No. Spam.