Tuesday, June 7, 2011

Cuci Otak Dengan Marx Dostoevsky

photo: Aku
Huaaaaah...!!!, Penat! itulah yang sedang menggelayuti pikiran, entah apa yang melatarbelakangi pikiran jadi penat, belum tau datangnya dari setan mana, padahal terima gajian sudah terima (sampingan lainnya belum..ngarep.com), utang2 dan urusan lain lain juga sudah diminimalisir.  Atau mungkin karena seringnya melihat tayangan berita2 korupsi dan kebobrokan pejabat negeri ini, ah itu sudah biasa  masyarakat kita menerimanya walau dengan sangat terpaksa kita ikhlaskan, dan ternyata juga bukan itu yang membuat  saya jadi penat. Disini saya tidak akan mencari-cari apalagi  mengkambinghitamkan siapa yang membuat saya jadi penat atau mungkin juga anda mengalaminya?. Tapi  lebih baik marilah kita cari cara bagaimana agar kita keluar dari kepenatan.


Seperti biasa kalo sudah buka laptop (maksudnya OL) tak ketinggalan yang utama adalah baca2 informasi seputar news terkini, buka macam2 artikel, dan media jejaring sosial lain semacam fb dan twit hanya untuk silaturrahmi ke temen-temen. Tak terlewati juga liat  blog kesayanganku "komunitas oejoeng" yg udah tidak sempet update. Tibalah saat penat sampe diubun2, terlemparlah jari2 ini ke belantara maya tepatnya di 'rumah kiri', sebuah tempat dimana dunia fikir nan jauh di awang tak berTuhan dialah sebuah blog filsafat DR. Singkop Boas B.: Marx_Dostoevsky

Nampaknya blog filsafat ini sudah tidak  diupdate dan ditinggalkan pemiliknya karena dipanggil keharibaan Tuhan lebih dulu. Namun walau kuburnya tak ada yang ta'ziahin tapi blognya terus dikunjungi seakan seraya mendo'akan agar blognya tetap panjang umur. Ngomong-ngomong soal mati, sekarang ini sering terlihat kejadian kematian dan kita tidak tau kapan dan dimana kita mati, apakah dalam keadaan husnul khotimah atau su'ul khotimah. Kaitannya tentang mati, maka saya tertarik untuk membaca sebuah artikel filsafat, siapa tahu penat saya  hilang dan SEMPURNA!. Nah, kubacalah artikel di bawah ini agar pikiran tambah 'nyusruk', Gubrak..!

"Melalui percakapan dengan Stavrogin, Kirilov berujar tentang hidup dan kematian, tentang kehidupan  abadi serta kaitannya dengan Tuhan. Dari  gabungan unsur konstitutif ini,  Kirilov  tertampilkan sebagai  Manusia - Tuhan sebagai salah satu gagasan oroisinil Dostoievsky yang menjadi rujukan bagi para eksistensialis seperti Sartre dan Camus dan bahkan Nietzsche, termasuk Heidegger dalam  paradoks-paradoks eksistensial mereka. 
       
Stavrogin  bertanya kepada  Kirilov apakah ia percaya kepada  “ kehidupan abadi”. Kirilov sontak mengatakan: Percaya  dengan syarat bahwa  kehidupan abadi ini  pastikan  terjadi di bumi.  Pernyataan ini sarat dengan muatan makna eksistensial. 

Kirilov mengatakan : “Bukan , dalam  suatu  keabadian masa datang melainkan  kehidupan abadi  di  bumi. Terdapat  momen, engkau mencapai  momen, dan  waktu berhenti dengan tiba-tiba.   Dan  itu akan menjadi kekal.”

Ungkapan ini sekali mengatasi konsep Heidegger tentang kematian sebagai akhir eksistensi. Kirilov mencapai titik durasi waktu sebagaimana tertulis dalam Kitab Wahyu. Tatkala malaikat bersumpah bahwa tidak ada lagi waktu. Kirilov menegaskan bahwa sumpah ini jelas dan  tepat. Ketika  seluruh manusia  mencapai  kebahagiaan, tidak ada lagi waktu, karena  manbusia tidak membutuhkannya. Ini merupakan suatu pikiran jitu, demikian Kirilov. (Dostoievsky: 1971: 242).

Keabadian menjadi suatu kontigensi. Waktu mengungkapkan dirinya sendiri dan bukan menyembunyikan diri dalam insolemn ontologisnya. Waktu ada dan menyebar dimana saja.  Waktu bukanlah suatu obyek, melainkan suatu gagasan. Waktu akan raib dalam pikiran. (Dostoievsky, 1971: 243).

Sebagai seorang ateis, Kirilov  terobsesi akan kelahiran manusia-Tuhan. Manusia Tuhan ini pada waktunya akan muncul di bumi, ujar Kirilov.  Risalah metafisis Dostoievsky tentang makna tersembunyi eksistensi manusia terletak pada pernyataan bahwa Tuhan mestinya Tuhan tidak, akan tetapi Tuhan ada.

Dalam faktisitas ini, gagasan Tuhan-manusia  serta kaitannya dengan Tuhan muncul dengan apa yang disebut dengan “Great Idea”; suatu  konsep tentang manusia dari perspektif  spiritual.  Jika Tuhan tidak ada,  maka saya adalah Tuhan. Ini adalah  suatu argumen berani dan bersifat ontologism.

Manusia menjadi sebagaimana diujarkan Kirilov adalah dasar permikiran orisinil Dostoievsky dalam  ranah  eksistensialisme. Kirilov mengatakan bahwa :  “Jika Tuhan  ada, maka  kehendak senantiasa di tanganNya, kemudian, dan  saya tidak dapat melakukan  apa-apa melawan kemauannya. Jika  Tuhan tidak ada,  kemudian kehendak saya belaku, dan saya bebas mengekpresikan kehendak saya”. (Dostoievsky, 1971: 612).
         
Mengapa demikian, “karena  segalanya  akan menjadi milik saya. Adakah manusia di planet ini yang  setelah berakhir dengan Tuhan  dan percaya  pada  kehendaknya sendiri,  akan cukup nyali  untuk mengekspresikan  kehendak-dirinya dalam  butirnya yang paling penting?  Ini sama seperti  peminta-minta  yang  terwarisi  suatu harta karun dan ia ketakutan dan tidak berani  menggenggam pundit-pundi emasnya, berpikir bahwa  ia teralu  kerdil untuk memilikinya.

Ditegaskan bahwa “ Saya  terpanggil  untuk menembak  diri saya sendiri  karena  butir terpenting  kehendak  diri saya  adalah membunuh diri saya sendiri. Pembunuhan diri Kirilov, bukanlah bunuh diri sebagaimana lazim dilakukan orang, karena bunuh diri boleh dilakukan oleh siapapun. Sementara pembunuhan diri Kirilov  mengusung makna eksistensial dan bermakna ultim, sebagaimana  otentis manusia dalam kematian  sebagaimana digagaskan Heidegger. Dikatakan eksistensi dan ultimo, karena dilakukan  bunuh diri tanpa motif, melainkan “semata-mata  karena  kehendak bebas saya sendiri”, demikian Kirilov.  Lagi bahwa “Saya  mau   butir terpenting  dan  saya akana membunuh diri saya”. Ditambahkan : “Saya  bebas untuk menekspresikan  kemutatan saya”.

Kirilov berkata :  “Tidak ada  gagasan yang lebih besar  daripada  bahwa  Tuhan tidak ada  bagiku”.Sejarah manusia  bagiku tidak lagi dari semua manusia  melakukan  penemuan akan Tuhan, dan  hidup  tanpa  membunuh diri sendiri. Itulah  esensi  sejarah universal  sampai kini. Sayalah satu-satunya  dalam  sejarah universal  yang  pertama  kali  menolak  untuk menemukan Tuhan. Di atas segalanya biarkan mereka mengetahui  hal itu”. (Dostoievsky, 1971: 613).
       
Dalam kondisi gairah Kirilov  memandang sebuah ikon Penebus sebelum bunuh diri. Stavrogin  bertanya “apakah engkau masih percaya kepada Tuhan”, dan  bukankah “engkau menyalakan lampu”. Apakah ini suatu isyarat bahwa engkau masih percaya  Tuhan.  Terhadap pertanyaan ini Kirilov membisu. Padanya? Lihat, Kirilov berkata terus, berdiri dan  menatap  di depannya   tanpa bergeming  dan  dengan tatapan yang  orang gila.

 “Hari ini  kau  akan bersama  di surga. Waktu tiba  dan pada akhirnya  keduanya mati dan  mereka   pergi , akan tetapi  mereka tidak menemukan  surga dan kebangkitan kembali.  Lihat : bahwa manusia adalah  yang paling tinggi  dari semua di segenap bumi. Ia  adalah  yang diciptakan. Segenap  planet, dengan  segala sesuatu ada di atasnya adalah sedikit kegilaan  tanpa manusia itu. Tidak akan pernah seseorang  seperti Dia, sebelum dan  sejak itu, dan tidak akan pernah  ada,   bahkan tidak  oleh suatu keajaiban sekalipun.

Kalaupun ada keajaiban  tidak akan pernah  dan tidak pernah  manusia seperti  dia.  Dan  jika  ada, jika  hukum  alam  tidak  menmungkinkannya hidup  di tengah-tengah  kebohongan  dan mati untuk berbohong,  selanjutnya seluruh  planet  adalah  suatu kebohongan  serta  didasarkan pada  suatu kebohongan  dan  olok-olok. Jadi  hukum alam murni  planet  adalah kebohongan dan kekuatan setan. Lalu untuk apa  di bumi  hidup,  jawab  jika kau  seorang manusia. (Dostoievsky, 1971: 614}.

Penyelamatan  untuk semua  adalah  membuktikan  ide ini  terhadap semua orang. Siapa  yang akan membuktikannya?  Saya tidak mengerti!  Bagaimana  seorang ateist  dapat  mengetahui  bahwa  tidak ada Tuhan  dan tidak dapat membunuh  dirinya sendiri segera!.  Untuk merealisasikannya  bahwa  Tuhan tidak ada  pada  instant yang sama  bahwa  engkau  sendiri menjadi Tuhan - adalah absurditas  terhadap  siapa saja engkau pastinya  bunuh diri sendiri. 

Jika merealisasikannya, kau adalah  sejenis raja   dan kau  tidak akan pernah  membunuh dirimu sendiri akan tetapi  hidup  dalam  kemenangan akbar. Akan tetapi  siapa yang  pertama  kali untuk merealisasikannya  adalah keterikantan untuk bunuh diri sendiri,  masalahnya  siapa  yang memulai  membuktikannya? Adalah saya  yang paling tepat  membunuh diri saya  untuk memulai  dan membuktikannya. 

Saya adalah satu-satunya  Tuhan  melawan  kehendak  sendiri, dan  saya susah  karena  saya  terikat untuk mengekspresikan  kehendak-diri saya. Semuanya susah, karena  semua takut  untuk mengekspresikan  kehendak diri mereka. Alasan mengapa  mansuia  dari dahulu sampai  sekarang  susah  dan miskin  adalah karena  manusia  takut  untuk mengekspresikan  butir terdalam  dari dirinya – kehendak, akan tetapi  telah mengekspresikannya dalam  benda kecil, seperti  seorang anak sekolahan. Saya  susah sekali  karena   saya  takut sekali.  Rasa takut  adalah kutuk bagi manusia. Akan tetapi  saya akan  mulai dan akhiri,  serta  membuka pintu. 

Dan saya  akan selamat, Hanya  kehendak ini  akan  menyelamatkan manusia  dan akan  mentransformasikannya  secara fisik  ke dalam generasi selanjutnya. Karena  dalam  kondisi fisik  sekarang  manusia tidak dapat  –  sejauh yang saya  lihat –  bersama-sama dengan  Tuhan terdahulunya. Selam tiga tahun  saya telah mencari  atribut  dignitas saya, dan  saya telah  menmukannya; atribut   dignitas saya  adalah  - Kehendak Diri! Itulah segalanya yang dapat  saya lakukan untuk membuktikannya  pada  butir  utama  penyimpangan saya  serta  kebebasan dahsyat saya. Karena  kedahsyatannya  yang mendalam, saya  membunuh  diri saya sendiri  untuk menujukkan penyimpangan saya  saya  dan kebebasan saya. ( Dostoiewvsky, 1971: 615).".

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih Sobat Telah Berkenan Meluangkan Waktu Mengomentari dan Saya akan segera komen balik Anda. No. Porn No. Spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...