photo: Aku |
Huaaaaah...!!!, Penat! itulah yang sedang menggelayuti pikiran, entah apa yang melatarbelakangi pikiran jadi penat, belum tau datangnya dari setan mana, padahal terima gajian sudah terima (sampingan lainnya belum..ngarep.com), utang2 dan urusan lain lain juga sudah diminimalisir. Atau mungkin karena seringnya melihat tayangan berita2 korupsi dan kebobrokan pejabat negeri ini, ah itu sudah biasa masyarakat kita menerimanya walau dengan sangat terpaksa kita ikhlaskan, dan ternyata juga bukan itu yang membuat saya jadi penat. Disini saya tidak akan mencari-cari apalagi mengkambinghitamkan siapa yang membuat saya jadi penat atau mungkin juga anda mengalaminya?. Tapi lebih baik marilah kita cari cara bagaimana agar kita keluar dari kepenatan.
Seperti biasa kalo sudah buka laptop (maksudnya OL) tak ketinggalan yang utama adalah baca2 informasi seputar news terkini, buka macam2 artikel, dan media jejaring sosial lain semacam fb dan twit hanya untuk silaturrahmi ke temen-temen. Tak terlewati juga liat blog kesayanganku "komunitas oejoeng" yg udah tidak sempet update. Tibalah saat penat sampe diubun2, terlemparlah jari2 ini ke belantara maya tepatnya di 'rumah kiri', sebuah tempat dimana dunia fikir nan jauh di awang tak berTuhan dialah sebuah blog filsafat DR. Singkop Boas B.: Marx_Dostoevsky.
Nampaknya blog filsafat ini sudah tidak diupdate dan ditinggalkan pemiliknya karena dipanggil keharibaan Tuhan lebih dulu. Namun walau kuburnya tak ada yang ta'ziahin tapi blognya terus dikunjungi seakan seraya mendo'akan agar blognya tetap panjang umur. Ngomong-ngomong soal mati, sekarang ini sering terlihat kejadian kematian dan kita tidak tau kapan dan dimana kita mati, apakah dalam keadaan husnul khotimah atau su'ul khotimah. Kaitannya tentang mati, maka saya tertarik untuk membaca sebuah artikel filsafat, siapa tahu penat saya hilang dan SEMPURNA!. Nah, kubacalah artikel di bawah ini agar pikiran tambah 'nyusruk', Gubrak..!
"Melalui percakapan dengan Stavrogin, Kirilov berujar tentang hidup dan kematian, tentang kehidupan abadi serta kaitannya dengan Tuhan. Dari gabungan unsur konstitutif ini, Kirilov tertampilkan sebagai Manusia - Tuhan sebagai salah satu gagasan oroisinil Dostoievsky yang menjadi rujukan bagi para eksistensialis seperti Sartre dan Camus dan bahkan Nietzsche, termasuk Heidegger dalam paradoks-paradoks eksistensial mereka.
Stavrogin bertanya kepada Kirilov apakah ia percaya kepada “ kehidupan abadi”. Kirilov sontak mengatakan: Percaya dengan syarat bahwa kehidupan abadi ini pastikan terjadi di bumi. Pernyataan ini sarat dengan muatan makna eksistensial.
Kirilov mengatakan : “Bukan , dalam suatu keabadian masa datang melainkan kehidupan abadi di bumi. Terdapat momen, engkau mencapai momen, dan waktu berhenti dengan tiba-tiba. Dan itu akan menjadi kekal.”
Ungkapan ini sekali mengatasi konsep Heidegger tentang kematian sebagai akhir eksistensi. Kirilov mencapai titik durasi waktu sebagaimana tertulis dalam Kitab Wahyu. Tatkala malaikat bersumpah bahwa tidak ada lagi waktu. Kirilov menegaskan bahwa sumpah ini jelas dan tepat. Ketika seluruh manusia mencapai kebahagiaan, tidak ada lagi waktu, karena manbusia tidak membutuhkannya. Ini merupakan suatu pikiran jitu, demikian Kirilov. (Dostoievsky: 1971: 242).
Keabadian menjadi suatu kontigensi. Waktu mengungkapkan dirinya sendiri dan bukan menyembunyikan diri dalam insolemn ontologisnya. Waktu ada dan menyebar dimana saja. Waktu bukanlah suatu obyek, melainkan suatu gagasan. Waktu akan raib dalam pikiran. (Dostoievsky, 1971: 243).
Sebagai seorang ateis, Kirilov terobsesi akan kelahiran manusia-Tuhan. Manusia Tuhan ini pada waktunya akan muncul di bumi, ujar Kirilov. Risalah metafisis Dostoievsky tentang makna tersembunyi eksistensi manusia terletak pada pernyataan bahwa Tuhan mestinya Tuhan tidak, akan tetapi Tuhan ada.
Dalam faktisitas ini, gagasan Tuhan-manusia serta kaitannya dengan Tuhan muncul dengan apa yang disebut dengan “Great Idea”; suatu konsep tentang manusia dari perspektif spiritual. Jika Tuhan tidak ada, maka saya adalah Tuhan. Ini adalah suatu argumen berani dan bersifat ontologism.
Manusia menjadi sebagaimana diujarkan Kirilov adalah dasar permikiran orisinil Dostoievsky dalam ranah eksistensialisme. Kirilov mengatakan bahwa : “Jika Tuhan ada, maka kehendak senantiasa di tanganNya, kemudian, dan saya tidak dapat melakukan apa-apa melawan kemauannya. Jika Tuhan tidak ada, kemudian kehendak saya belaku, dan saya bebas mengekpresikan kehendak saya”. (Dostoievsky, 1971: 612).
Mengapa demikian, “karena segalanya akan menjadi milik saya. Adakah manusia di planet ini yang setelah berakhir dengan Tuhan dan percaya pada kehendaknya sendiri, akan cukup nyali untuk mengekspresikan kehendak-dirinya dalam butirnya yang paling penting? Ini sama seperti peminta-minta yang terwarisi suatu harta karun dan ia ketakutan dan tidak berani menggenggam pundit-pundi emasnya, berpikir bahwa ia teralu kerdil untuk memilikinya.
Ditegaskan bahwa “ Saya terpanggil untuk menembak diri saya sendiri karena butir terpenting kehendak diri saya adalah membunuh diri saya sendiri. Pembunuhan diri Kirilov, bukanlah bunuh diri sebagaimana lazim dilakukan orang, karena bunuh diri boleh dilakukan oleh siapapun. Sementara pembunuhan diri Kirilov mengusung makna eksistensial dan bermakna ultim, sebagaimana otentis manusia dalam kematian sebagaimana digagaskan Heidegger. Dikatakan eksistensi dan ultimo, karena dilakukan bunuh diri tanpa motif, melainkan “semata-mata karena kehendak bebas saya sendiri”, demikian Kirilov. Lagi bahwa “Saya mau butir terpenting dan saya akana membunuh diri saya”. Ditambahkan : “Saya bebas untuk menekspresikan kemutatan saya”.
Kirilov berkata : “Tidak ada gagasan yang lebih besar daripada bahwa Tuhan tidak ada bagiku”.Sejarah manusia bagiku tidak lagi dari semua manusia melakukan penemuan akan Tuhan, dan hidup tanpa membunuh diri sendiri. Itulah esensi sejarah universal sampai kini. Sayalah satu-satunya dalam sejarah universal yang pertama kali menolak untuk menemukan Tuhan. Di atas segalanya biarkan mereka mengetahui hal itu”. (Dostoievsky, 1971: 613).
Dalam kondisi gairah Kirilov memandang sebuah ikon Penebus sebelum bunuh diri. Stavrogin bertanya “apakah engkau masih percaya kepada Tuhan”, dan bukankah “engkau menyalakan lampu”. Apakah ini suatu isyarat bahwa engkau masih percaya Tuhan. Terhadap pertanyaan ini Kirilov membisu. Padanya? Lihat, Kirilov berkata terus, berdiri dan menatap di depannya tanpa bergeming dan dengan tatapan yang orang gila.
“Hari ini kau akan bersama di surga. Waktu tiba dan pada akhirnya keduanya mati dan mereka pergi , akan tetapi mereka tidak menemukan surga dan kebangkitan kembali. Lihat : bahwa manusia adalah yang paling tinggi dari semua di segenap bumi. Ia adalah yang diciptakan. Segenap planet, dengan segala sesuatu ada di atasnya adalah sedikit kegilaan tanpa manusia itu. Tidak akan pernah seseorang seperti Dia, sebelum dan sejak itu, dan tidak akan pernah ada, bahkan tidak oleh suatu keajaiban sekalipun.
Kalaupun ada keajaiban tidak akan pernah dan tidak pernah manusia seperti dia. Dan jika ada, jika hukum alam tidak menmungkinkannya hidup di tengah-tengah kebohongan dan mati untuk berbohong, selanjutnya seluruh planet adalah suatu kebohongan serta didasarkan pada suatu kebohongan dan olok-olok. Jadi hukum alam murni planet adalah kebohongan dan kekuatan setan. Lalu untuk apa di bumi hidup, jawab jika kau seorang manusia. (Dostoievsky, 1971: 614}.
Penyelamatan untuk semua adalah membuktikan ide ini terhadap semua orang. Siapa yang akan membuktikannya? Saya tidak mengerti! Bagaimana seorang ateist dapat mengetahui bahwa tidak ada Tuhan dan tidak dapat membunuh dirinya sendiri segera!. Untuk merealisasikannya bahwa Tuhan tidak ada pada instant yang sama bahwa engkau sendiri menjadi Tuhan - adalah absurditas terhadap siapa saja engkau pastinya bunuh diri sendiri.
Jika merealisasikannya, kau adalah sejenis raja dan kau tidak akan pernah membunuh dirimu sendiri akan tetapi hidup dalam kemenangan akbar. Akan tetapi siapa yang pertama kali untuk merealisasikannya adalah keterikantan untuk bunuh diri sendiri, masalahnya siapa yang memulai membuktikannya? Adalah saya yang paling tepat membunuh diri saya untuk memulai dan membuktikannya.
Saya adalah satu-satunya Tuhan melawan kehendak sendiri, dan saya susah karena saya terikat untuk mengekspresikan kehendak-diri saya. Semuanya susah, karena semua takut untuk mengekspresikan kehendak diri mereka. Alasan mengapa mansuia dari dahulu sampai sekarang susah dan miskin adalah karena manusia takut untuk mengekspresikan butir terdalam dari dirinya – kehendak, akan tetapi telah mengekspresikannya dalam benda kecil, seperti seorang anak sekolahan. Saya susah sekali karena saya takut sekali. Rasa takut adalah kutuk bagi manusia. Akan tetapi saya akan mulai dan akhiri, serta membuka pintu.
Dan saya akan selamat, Hanya kehendak ini akan menyelamatkan manusia dan akan mentransformasikannya secara fisik ke dalam generasi selanjutnya. Karena dalam kondisi fisik sekarang manusia tidak dapat – sejauh yang saya lihat – bersama-sama dengan Tuhan terdahulunya. Selam tiga tahun saya telah mencari atribut dignitas saya, dan saya telah menmukannya; atribut dignitas saya adalah - Kehendak Diri! Itulah segalanya yang dapat saya lakukan untuk membuktikannya pada butir utama penyimpangan saya serta kebebasan dahsyat saya. Karena kedahsyatannya yang mendalam, saya membunuh diri saya sendiri untuk menujukkan penyimpangan saya saya dan kebebasan saya. ( Dostoiewvsky, 1971: 615).".
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih Sobat Telah Berkenan Meluangkan Waktu Mengomentari dan Saya akan segera komen balik Anda. No. Porn No. Spam.