Thursday, September 17, 2009

Mengenal Word Wide Web [pengalaman awal kenal blog]

Catatan ini adalah kali pertama saya mengawali pembelajaran dalam proses pembuatan blog yang saya  beri domen header  "FOKAL".(Sekarang "komunitas Oejoeng").

Asal tau saja membuat blog ini mengacu pada peraturan 'terbalik'. Buminya terbalik? maksud gue  malam jadi siang, siang jadi malam atau meminjam istilah anak kuliahan pake sistem SKSSP (Sistem Kebut Semalam Suntuk sampai Pagi), So, proses pembuatannya pun gedabag-gedebug, ga heran kalau layoutnya apa adanya, hambar dan 'kosong'. Akan tetapi bagi saya masalah layout bukan problem, itu mah gampang !!!, yang sulit adalah mentransformasikan yang ada diotak menjadi kalimat yang tersusun  rapi, menarik dan bermakna.



Lalu pertanyaanya adalah bagaimana sih caranya supaya bisa? jawabannya cukup satu kata "banyak baca buku" demikian salah satu kunci yang disarankan  para penulis sukses.

Tahap selanjutnya, tetap saja menemukan  kesulitan dalam menulis bagian paragraf ini walau kata kuncinya "banyak baca", berarti harus beli buku, harus punya duit dan segudang syarat lainnya. Akhirnya  teringat saran temen2 kalo mo cari bahan bacaan  mah ga usah jauh2 atau beli mahal2, toh dinternet bejibun, asal mau aja.

Akhirnya saran temen, saya ikuti dan  mulai browsing ke beberapa para  blogger , mulai dari blogger Bandung, Jakarta, Jogya sampai ustazah murniramli dengan blognya "BERGURU"  yang tinggal di Jepang (orang Indonesia yang lg ngambil doktor di Jepang). Banyak lagi  tulisan-tulisan dan buku yang disarankan untuk mahir menulis  dan mudah yang bisa didapat di Internet dengan cara mesin pencari ('search engine).  Kali ini saya harus mengatakan setuju apa yang dikatakan Mr. Sire di Facebook tempo hari  "Berterimakasihlah pada Google!!!". Tetapi bukan hanya pada google saja,  saya ucapkan terimakasih juga kepada  para blogger dan netter yang telah banyak memberikan inspirasi dan pencerahan.

Karena keterbatasan dan 'bokek'nya bahan bacaan, saya tidak melanjutkan coloteh saya, akan tetapi saya ingin membagi pengetahuan melalui kutipan tulisan yang saya 'rogoh' dari blog tetangga, yaitu kutipan dari tulisan  pak Urip tentang "Teori berak dalam menulis". Maksud dari  pilihan judul dari postingan  ini  Pertama : hanyalah untuk mempublish kembali tulisan dari blog pak Urip tentang "Teori berak dalam menulis". Judulnya selain terkesan "JOROK", tetapi menarik dan punya makna yg 'dalam', sampai-sampai sy sempat senyum-mesem membenarkan si penulis, kedua mudah-mudahan republish  yg sy kutip dapat bermanfaat bagi teman2 yang mungkin  'hari gini masih ga bisa nulis' atau ada yang entry behaviorenya memadai, akan tetapi tidak punya tulisan (ibarat banyak makan, ga berak-berak-jangan-jangan punya kelainan). Ketiga kutipan ini sekaligus mengawali postingan saya sebagai awal pembelajaran. smoga berlanjut !

Baiklah berikut kutipan tulisan bg Urip tentang "teori berak", semoga bermanfaat.
"Menulis itu kan ‘menuangkan’ pikiran, melahirkan apa-apa yang ada di pikiran, apa yang dipikir. Kalau banyak membaca akan banyak hal bisa diolah, otak itu ibarat komputer. Apabila ada input akan terjadi process melahirkan output. Bacaan itu agar otak bisa bekerja dan hasilnya lebih bagus. Tidak lucu kalau otak disuruh bekerja sementara raw materials cekak. Bisa-bisa haus itu sel-sel syaraf. Bisa gila, bo.

Atau mau contoh yang sedikit jorok. Kalau kita banyak makan akan menumpuk di lambung. Mesin lambung akan menggilingnya, mana yang baik dijadikan ‘makanan’ tubuh, ampasnya akan menjadi tahi. Dari masukan makanan itu akan terpenuhi kebutuhan tubuh, Sampeyan akan sehat. Kalau berlebihan tentu saja sakit. Banyak makan akan banyak berak he … he … Kira-kira begitu contoh gampangnya.

Kalau tidak makan, apa yang mau dikeluarkan dubur? Paling-paling kentut. Kalau lambung tidak ada isinya, akan terjadi gesekan yang berakibat penyakit maag. Begitu kata dokter. Begitu juga menulis. Kalau sampeyan merenung terus-menerus, berpikir, tapi bahannya tidak diraup dengan membaca, bisa gila lho, sebab otak bisa rusak. Pendek kisah, harus banyak membaca.

Jadi, kalau bermaksud menjadi penulis, ya banyak membaca. Harus banyak masukan ke otak. Kalau punya entry behaviore yang cukup pastilah menulis jadi mudah. Ya itu, kalau banyak makan, tidak berak-berak, perut bisa meledak. Pasti ada kelainan. Sampeyan tidak mau kan punya kelainan?

Ingat, menulis itu adalah cara keluaran apa yang ada di otak, yang diolah otak. Punya teman yang suka ngomong sepanjang hari? Dia itu orang cerdas yang tidak paham arti kecerdasan. Kalau dia mau belajar menulis, pasti menjadi penulis hebat. Sebab, cara kerja otaknya cepat.

Tapi, sekali lagi ingat, agama kita tidak menganjurkan orang suka omong banyak. Omongan itu tidak bisa dipegang, begitu keluar, di telan ruang. Kalau menulis, bisa dilihat betul-salahnya. Mereka yang punya pengetahuan luas, banyak ilmu, tidak mau menulis, jangan-jangan takut kalau menulis bisa terlihat seketika, dia pintar atau tidak. Menulis itu tidak main-main, lho. Contoh, suatu kali sebuah surat kabar nasional menulis tentang Nabi Muhammad SAW. Nabi yang seharusnya ditulis dengan n tertulis b, jadi babi. Datang protes dari mana-mana, didemo kalangan Islam.".

Dengan kata lain, kalau pun bahan-bahan untuk ditulis sudah menumpuk di otak, harus pula hati-hati menuliskannya. Kalau tidak, salah menulis satu huruf saja fatal akibatnya. Itu soal huruf, apalagi soal rangkaian tulisan. auh ah....itukan kata lo, gw mah engga..he..he.. cape ah ....

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih Sobat Telah Berkenan Meluangkan Waktu Mengomentari dan Saya akan segera komen balik Anda. No. Porn No. Spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...