Monday, August 29, 2011

Mengapa Ibadah Selalu Diulang-ulang?

Photo :Ayumi
Beberapa hari yang lalu banyak yang saya dapatkan di Padepokan Budi Rahardjo tentang kenapa kita beribadah harus berulang-ulang? misalnya melaksanakan berpuasa, membaca bacaan-bacaan sholat juga diulang-ulang. Tidak hanya dalam beribadah, dalam dunia ngeblog juga perlu ada pengulangan-pengulangan, misalnya untuk memulai postingan kita harus selalu login dan logout. Mengapa kita harus melakukan pengulangan seperti ini dan kenapa tidak dilakukan sekali saja? Nah, ternyata pengulangan (repetisi) itu memiliki tujuan dan banyak manfaat!. Agan-agan pasti punya banyak alasan untuk menjawabnya.

Dalam 'pengajian'  di Padepokan yang ane ikutin, mudah-mudahan ada hikmah yang kita ambil dari alasan-alasan yang dikemukakannya, mudah-mudahan bermanfaat.
Pertama. Pengulangan dilakukan agar kita lebih mudah untuk mengingat atau menghafal. Salah satu metodologi pengajaran adalah melakukan pengulangan. Saya masih ingat ketika kecil harus menghafal perkalian. Maka saya harus mengulang-ulang; 2 x 1, 2 x 2, 2 x 3, dan seterusnya. Demikian pula untuk menghafal surat atau bacaan doa, kita lakukan pengulangan. Sampai hafal.

Bahkan, untuk melakukan shalat pun kita lakukan pengulangan. Bagi yang baru pertama kali belajar shalat, mungkin belum ingat urutan gerakan, bacaan, dan hal-hal yang terkait. Mungkin sebagian besar kita sudah lupa proses belajar ini karena kita mempelajarinya waktu kecil? (Dulu kita juga harus mengulang-ulang.)

Contoh yang nyata juga adalah shalat Eid. Hayo berapa jumlah takbirnya? Karena kita jarang melakukannya – setahun hanya dua kali – maka kita mudah lupa. Maklum, lupa adalah kodrat dari manusia. Untuk itu memang pengulangan harus dilakukan. Tujuannya kali ini adalah untuk mengingat kembali. Tentang mengingat kembali ini, pengulangan digunakan juga oleh pembicara (presenter, dai) dengan mengatkan inti atau poin yang ingin disampaikan di awal, diulangi di tengah, dan disampaikan kembali di akhir. Untuk mengingat kembali.

Kedua. Pengulangan dilakukan untuk memberi penekanan kepada hal tertentu, hal penting. Ini merupakan sebuah teknik dalam memberikan presentasi. Hal ini dilakukan untuk menegaskan kepada pendengar atau pembaca akan pentingnya hal tersebut. Di beberapa surat, ada bacaan yang diulang-ulang. Bahkan diulang secara berturutan. Tujuannya adalah untuk menekankan bahwa ini penting.

Ketiga. Pengulangan dapat digunakan untuk menerapkan / mendidik disiplin. Sebagai contoh shalat – yang kita lakukan berulang-ulang secara terjadwal – mengajarkan disiplin untuk bangun pagi (shalat Subuh), dan mengerjakan shalat di waktu-waktu yang lain.

Keempat. Pengulangan digunakan untuk mengajarkan dan menguji kesabaran. Seringkali pengulangan menimbulkan kebosanan. Maka aspek ujian kesabaran akan muncul di sini. Tanpa sabar, sulit menjalankan kegiatan yang berulang-ulang.

Kelima. Melakukan hal yang berulang-ulang akan menjadikannya kebiasaan dan pada akhirnya menjadi budaya. Ibadah kita lakukan berulang-ulang sehingga menjadi budaya. Mungkin ada yang tidak suka hal ini, tetapi bukankah lebih baik memiliki budaya ibadah yang baik daripada tidak memilikinya bukan?

Keenam. Pengulangan dapat meningkatkan skill. Yang ini sudah jelas dilakukan di berbagai bidang. Di dunia olah raga, atlit berlatih terus. Pemain sepak bola menendang bola berulang-ulang. Di dunia seni, pemain musik berlatih dengan alat musiknya terus menerus. Dalam ibadah demikian juga. Sebagai contoh, jika seseorang sering (berulang-ulan) melakukan shalat lail (tahajud) maka dia akan memiliki skill untuk melakukannya (bagaimana mengatur waktu tidur, dan seterusnya). Bagi yang jarang melakukannya maka akan terasa sulit. (Sama hal dengan puasa Senin Kamis, misalnya.)

Tantangan

Tentu saja pengulangan ini memiliki masalah atau tantangan. Yang pertama adalah ketika kita sudah hafal melakukan sesuatu maka kita bisa jadi kehilangan esensi dari apa yang kita lakukan. Kita melakukannya sebagai refleks atau bisa juga menjadi seperti robot. Shalat dilakukan gerakannya, karena sudah terbiasa saja. Lupa esensinya.

Nah, untuk mengatasi hal ini … pengulangan juga solusinya, yaitu pengulangan untuk mengingatkan alasan kenapa kita melakukan pengulangan tersebut. (Mengapa menjadi rekursif begini ya?) Oleh sebab itu, jangan bosan apabila mendengarkan khatib memberikan khutbah yang topiknya sudah pernah didengar.

Semoga bermanfaat.!

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih Sobat Telah Berkenan Meluangkan Waktu Mengomentari dan Saya akan segera komen balik Anda. No. Porn No. Spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...